Tujuan dari rapat Tinjauan Manajemen adalah untuk meninjau dan mengevaluasi keefektifan Sistem Manajemen Anda, membantu Anda untuk menentukan kelanjutan kesesuaian dan kecukupannya. Tinjauan Manajemen melakukan ini dengan mendorong manajemen puncak untuk mempertimbangkan sejauh mana Sistem Manajemen:

1.Mencapai hasil yang diharapkan
2.Memenuhi persyaratan organisasi
3.Berfungsi sesuai dengan prosedur dan proses operasi yang ditetapkan
4.Mampu mengidentifikasi ketidaksesuaian dan 5.memantau tindakan korektif dan pencegahan selanjutnya

Tinjauan Manajemen juga memastikan bahwa semua tingkat manajemen diberi tahu tentang setiap perubahan, pembaruan, revisi, dll. Terhadap cara kerja Sistem Manajemen sehari-hari itu sendiri.

Karena Tinjauan Manajemen sangat penting untuk mendapatkan hasil maksimal dari Sistem Manajemen, anggota manajemen senior yang memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk Sistem Manajemen juga bertanggung jawab untuk mengadakan, menghadiri dan melaporkan Tinjauan Manajemen.

Perhatikan bahwa ada perbedaan antara Rapat Manajemen dan Tinjauan Manajemen. Yang pertama dapat membahas praktik kerja sehari-hari, penjualan, produksi, sumber daya, dan masalah kepegawaian, tetapi Tinjauan Manajemen hanya berfokus pada persyaratan Sistem Manajemen, seperti yang dijelaskan dalam Manual atau informasi terdokumentasi Anda.

Kapan, Apa dan Siapa
Tinjauan Manajemen, seperti halnya rapat yang berhasil, harus dipersiapkan sebelumnya. Anda perlu memutuskan kapan itu akan berlangsung, apa yang akan dibahas dan siapa yang harus hadir. Standar ISO mengharuskan Anda untuk mendokumentasikan kapan pertemuan harus dilakukan dan apa yang akan, dan telah, dibahas, tetapi juga merupakan ide yang baik untuk mendokumentasikan daftar hadirin juga.

Kapan – Atur Jadwal
Direkomendasikan bahwa rapat harus dilakukan setidaknya setahun sekali, tetapi rapat dapat diadakan setiap tiga bulan atau bahkan bulanan jika diinginkan.

Jika organisasi Anda mengoperasikan lebih dari satu Sistem Manajemen, atau memiliki Sistem Manajemen yang disertifikasi untuk lebih dari satu Standar ISO, Tinjauan Manajemen bersama dapat dilakukan untuk menghemat waktu dan menghindari duplikasi yang tidak perlu. Pastikan Anda mencakup aspek unik dari setiap Standar, serta fitur bersama.

Untuk bisnis yang mengadakan beberapa rapat dalam satu tahun, setiap rapat dapat didedikasikan untuk meninjau bagian atau area tertentu dari Sistem Manajemen Anda. Jika Anda memutuskan untuk menjalankan banyak tinjauan dengan cara ini, pastikan bahwa tinjauan tersebut mencakup semua topik yang disyaratkan oleh Standar ISO yang Anda sertifikasi. Anda dapat melakukannya dengan lebih mudah dengan menulis agenda terperinci untuk setiap rapat.

Ambil Sesi Point
Mendokumentasikan konten dan hasil rapat Tinjauan Manajemen merupakan persyaratan Sertifikasi ISO, jadi seseorang perlu meluangkan waktu selama rapat.

Saat membuat notulen, gunakan agenda rapat untuk membantu, menulis catatan di samping setiap topik terkait. Ini akan membantu penulisan nanti karena catatan singkat memiliki lebih banyak konteks ketika ditulis di bawah topik tertentu.

Untuk setiap tindakan atau perubahan yang disepakati yang harus dilakukan, Anda harus merinci siapa yang bertanggung jawab atas tugas dan tenggat waktu yang ditetapkan. Dengan mencatat informasi ini, hal-hal ini dapat lebih mudah ditindaklanjuti dalam Tinjauan Manajemen berikutnya.

Pastikan juga untuk mencatat tanggal dan waktu pertemuan serta siapa yang hadir.

Risalah penting untuk ditulis, sebaiknya sesegera mungkin setelah rapat untuk memastikan isinya masih segar di benak Anda. Ini karena notulen diperlukan sebagai informasi yang terdokumentasi di bawah Standar ISO dan harus tersedia untuk auditor pihak ketiga.

CORRECTIVE ACTION DAN PREVENTIVE ACTION DALAM INDUSTRI

Apa itu CAPA?
CAPA atau (Corrective Action and Preventive Action) adalah arti dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan. Kedua aspek CAPA ini secara tradisional terhubung, tetapi idealnya hanya saling terkait. Apakah ada perbedaan arti dari keduanya secara harfiah? Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:

Tindakan korektif: Penghapusan penyebab atau penyebab ketidaksesuaian yang ada atau situasi yang tidak diinginkan untuk mencegah terulangnya. Apa Arti Tindakan Korektif ini? Tindakan korektif yaitu melibatkan identifikasi, dokumentasi, dan penghapusan akar penyebab ketidaksesuaian atau masalah untuk mencegah masalah berulang kembali. Tindakan korektif diambil dengan pertimbangan yang lebih intens daripada koreksi (yang menangani masalah langsung), dan biasanya memberlakukan tindakan korektif selama periode waktu yang sedikit lebih lama untuk mencegah terulangnya. Misalnya, jika Anda mengepel tumpahan minyak akibat dari kebocoran tangki dengan kain atau alat pel, itu adalah koreksi. Dan jika Anda memeriksa seluruh keadaan tangki, menambal kebocorannya dengan meniriskan/mengkosongkan tangki terlebih dahulu, mempelajari bahwa kebocoran tangki karena kran dan sambungan yang rusak, dan kemudian lepaskan dan memperbaiki kran dengan yang baru yang efektif yang tidak akan bocor atau menyumbat, itu adalah tindakan korektif.

Tindakan Pencegahan: Identifikasi dan penghapusan penyebab ketidaksesuaian potensial untuk mencegah kemungkinan akan terjadinya ketidaksesuaian tersebut.
Dalam standar seperti ISO, deskripsi tindakan pencegahan mengikuti langsung setelah deskripsi tindakan korektif, namun banyak yang telah menyebabkan kesalahpahaman bahwa kedua proses harus bekerja bersama secara seri. Dalam kenyataannya mereka bekerja secara terpisah, dan tindakan preventif idealnya mendahului tindakan korektif untuk mencegah atau menghindari perlunya tindakan korektif itu sendiri. Apa itu Proses Tindakan Pencegahan? Proses tindakan pencegahan, selain termasuk rencana tindakan pencegahan khusus untuk mengurangi masalah potensial, juga terdiri dari implementasi kontrol untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan terus bekerja. Tindakan pencegahan berarti mengidentifikasi tidak hanya masalah potensial, tetapi juga peluang untuk perbaikan. Dengan perubahan yang diberlakukan melalui proses tindakan pencegahan, kontrol harus dimasukkan untuk mencegah dan memeriksa kemungkinan ketidaksesuaian.


Tindakan korektif, dan tindakan pencegahan sangat penting dalam beberapa format untuk program manajemen kualitas lengkap. Bahkan, setidaknya satu sistem manajemen mutu, Good Manufacturing Practices (GMP), itu adalah persyaratan penting dan menjadi prinsip dasar. GMP adalah sistem manajemen mutu yang harus digunakan oleh pabrik pangan maupun farmasi dan juga peralatan medis. Sistem kualitas CAPA adalah bagian yang diperlukan dari syarat mutlak dari ISO, dan merupakan bagian penting dari praktik TQM jika perusahaan menginginkan untuk mencapai tujuannya manufakturing tanpa cacat.

Program CAPA tidak sulit untuk dipahami atau diterapkan, juga tidak sulit untuk dilaksanakan. Dalam program tipikal, cacat, malfungsi, kekurangan, atau kejadian tak terduga lainnya akan diidentifikasi, memicu analisis akar permasalahan (atau program serupa) untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan yang mendasarinya. Ini biasanya akan menjadi tanggung jawab tim lintas fungsi.

Proses dan prosedur CAPA itu sendiri digunakan terutama di perusahaan pengolahan makanan, pengembangan dan pembuatan perangkat medis, dan obat-obatan.

dee.santana1@outlook.com

Metode CAPA membutuhkan tingkat akurasi dan fleksibilitas yang tinggi. Persyaratan peraturan dan keterlacakan yang ketat ada di industri seperti dirgantara, otomotif, pertahanan, ilmu kehidupan atau operasi manufaktur lainnya. Menerapkan sistem tindakan pencegahan korektif (CAPA) di seluruh perusahaan dengan menggunakan metodenya, CAPA yang harus menjadi bagian penting dari sistem kualitas perusahaan apa pun, terlepas dari industri apa pun.

HSE DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR

Kita pasti pernah membeli bahan makanan hasil industri dan yakin begitu saja bahwa makanan yang kita beli itu sehat dan aman. Keyakinan ini tidak lepas dari peran serta departemen HSE(Health Safety Environment) yang menangani bagaimana menghindari kecelakaan kerja dan tindakan apa yang seharusnya di lakukan untuk menangani jika kemungkinan terjadi kecelakaan kerja.

Sebenarnya apa sih itu HSE? HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment.


HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE.

Program HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan.

Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas.

Menurut penelitian yang bersumber dari https://www.hse.gov.uk/food/hse.htm menerangkan bahwa HSE berkontribusi mereduksi tingkat kecelakaan kerja secara signifikan lebih dari 50% sejak 1990/91.

Meski begitu, lebih dari seperempat dari semua kecelakaan kerja terjadi pada industri makanan dan minuman. Dalam periode sepuluh April 2000 hingga Maret 2010, hampir 77.000 pekerja di industri makanan dan minuman menderita kecelakaan kerja, dan ada 36 cedera fatal (tidak termasuk kontraktor). Dalam kasusnya lebih tinggi terjadi ketika saat proses pembuatan makanan dari rata-rata untuk industri manufaktur pada umumnya. Namun tingkat cedera sangat bervariasi antara industri makanan dan minuman yang berbeda.

HSE di Indonesia juga disebut K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan), SMK3L Pengendalian dalam undang-undang No. 1 tahun 1970 di mana mengatur tata cara penerapan SMK3L dan meminta perusahaan untuk menerapkan SMK3L hak-hak bagi pekerja berlisensi:

  1. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

  2. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

  3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

  4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

  5. memberi pertolongan pada kecelakaan;

  6. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

  7. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

  8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, insfeksi dan penularan;

  9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

  10. menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;

  11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

  12. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

  13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya;

  14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

  15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

  16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan Penyimpanan barang;

  17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

  18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

    Ironisnya banyak sekali di luar sana perusahaan-perusahaan yang tidak mempedulikan SMK3L tersebut dan sering sekali menyepelekan tentang keselamatan, kesehatan kerja, Akibatnya para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja di mendapat perhatian khusus dan diabaikan oleh perusahaan.

SIAPA SAJA YANG WAJIB MENERAPKAN HSE

Semua pekerja dari semua yang seharusnya mewajibkan HSE / K3L pada saat bekerja, Tidak ada pekerjaan yang tidak berpotensi bahaya. Semua pekerjaan yang menimbulkan potensi bahaya Diperlukan oleh manajemen keselamatan kerja dan lingkungan (SMK3L).

PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN DARI SUMBER PERTAMA PERTANIAN KE INDUSTRI

Kali ini kita akan membahas tentang transportasi dan penyimpanan pangan, yang adalah elemen tak terpisahkan dari manajemen standarisasi keamanan pangan, juga menjadi acuan atau panduan internasional terbaru yang diterbitkan untuk membantu memastikan pangan tetap aman di setiap perhentian di sepanjang rantai tranportasinya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas makanan adalah distribusinya. Cara distribusi makanan yang tidak benar dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Distribusi makanan meliputi importir, pedagang besar, penyalur, pengedar, serta pengecer makanan dan minuman. Maka dari itu sebagai salah satu komponen penjamin kualitad pangan GDP(Good Distribution Practice) menjadi salah satu yang terpenting dalam system.

Goods Distribution Practice (GDP)

GDP
GDP masih menjadi hal yang baru di Indonesia untuk diterapkan didalam aktifitas logistik sehari-hari. Standar penanganan logistik tertinggi ini masih belum banyak difahami oleh pegiat dan pekerja di logistik.

Secara khusus GDP diterapkan didalam industri farmasi/obat-obatan dengan nama lokal yaitu CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) dan dikontrol secara langsung oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Namun ternyata tidak ada yang salah saat prinsip-prinsip GDP ini diterapkan disemua jenis industri selain industri farmasi.

Good Distribution Practice atau GDP adalah sistem jaminan kualitas yang berhubungan dengan persyaratan :
– pengadaan,
– penerimaan,
– penyimpanan dan
– pengiriman obatobatan

Dengan menerapkan klausul-klausu GDP didalam logistik yang dijalankan, maka akan diperoleh komitmen yang jelas terhadap tujuan pencapaian kepuasan pelanggan yang diakomodasikan pada pelayanan penanganan barang dengan sempurna dan pengiriman yang terjamin serta adanya pengembangan-pengembangan yang berkelanjutan terhadap system operasional logistik yang dijalankan.

Komponen GDP terdiri dari 20 klausul yang dikontrol secara langsung oleh WHO dan edisi terakhir yang dipublikasikan adalah edisi tahun 2006. 17 diantaranya yang terpenting yang mencakup organisasi aktifitas logistic.

Komponen-komponen GDP :

1. Organization and management
2. Personnel
3. Quality management
4. Warehousing and storage
5. Vehicles and equipment
6. Containers and container labelling
7. Dispatch
8. Transportation and products in transit
9. Documentation
10. Repackaging and relabelling
11. Complaints
12. Recalls
13. Rejected and returned products
14. Counterfeit pharmaceutical products
15. Importation
16. Contract activities
17. Self inspection

Penjabaran masing-masing klausul GDP akan dilakukan secara praktis dan disesuaikan dengan kondisi logistik di Indonesia secara umum:

1.Organization and management

Diperlukan adanya struktur organisasi management yang jelas, ringkas dan memiliki fungsi yang saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Karena fokus GDP lebih banyak kearah warehouse dan distribusi, maka harus dipastikan bahwa dibagian tersebut telah berjalan struktur yang jelas dan memiliki fungsi tangkal terhadap adanya suatu permasalahan.
Kelengkapan Job description yang sejalan dengan kondisi gudang dan distribusi serta kelengkapan Standard Operationg Procedure (SOP) yang dijalankan secara konsisten akan memberikan jaminan bahwa managemen memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan sempurna.

Β· Struktur organisasi yang jelas – otorisasi & tanggung jawab
Β· Job description yang jelas
Β· Change management
Β· Prosedur keselamatan – personel dan property, proteksi lingkungan.

2.Personnel

Persyaratan terhadap karyawan yang menjalankan aktifitas logistik harus disiapkan dan dipenuhi secara utuh didalam pelaksanaanya.
Seorang warehousmen misalnya, harus memiliki kapabilitas untuk membaca dan menulis, pendidikan minimal SMA dan memiliki penampilan yang sopan dan bersih adalah salah satu contoh bagaimana persyaratkan terhadap seluruh level posisi disiapkan.
Training terhadap karyawan dan evaluasi yang dilakukan terhadap training tsb akan memberikan nilai tambah didalam pengembangan ketrampilan karyawan.
β€’ Training GDP bagi seluruh staff
β€’ Staff yang cukup dan berpengalaman didalam standar mutu nasional
β€’ Data training yang tercatat
β€’ Perlengkapan kerja
β€’ Prosedur higienis karyawan
β€’ Prosedur P3K
β€’ Pembagian penempatan staff yang jelas

3. Quality management

Jaminan kualitas managemen merupakan suatu jaminan yang diharuskan tersedia terhadap pelaksanaan aktifitas logistik. Quality Management ini mencakup :
β€’ Struktur organisasi, prosedur, process dan sumber.
β€’ Aktifitas yang sistematis.
β€’ Sumber barang dan partner yang disetujui
β€’ Aktifitas yang dapat di tracking
β€’ Inspleksi dan setifikasi (ISO)

4.Warehouse and Storage

Kondisi warehouse dan tempat penyimpanan menjadikan area yang paling banyak fokusnya didalam penerapan GDP ini.
β€’ Akses staff terbatas
β€’ Kapasitas yang cukup dan terpisah
β€’ Kuarantine
β€’ Penolakan
β€’ Pembatalan
β€’ Pengembalian (return)
β€’ Bersih dan rapih
β€’ Suhu/Kelembaban yang tercatat
β€’ Kebersihan
β€’ Aman dari gangguan cuaca
β€’ Barang berbahaya : dipisahkan
β€’ FEFO
β€’ Penerangan yang cukup
β€’ Stock Rotasi & Stock Kontrol
β€’ Stock take yang rutin
β€’ Investigasi stock

5.Vehicle and Equipment

Kondisi kendaraan dan peralatan pendukung logistik merupakan bagian kedua yang memiliki klausul terberat yang meliputi:
β€’ SOP penanganan kendaraan secara keseluruhan
β€’ Keamanan kendaraan terhadap barang dan orang yang menggunakannya
β€’ Kebersihan kendaraan dan tidak menimbulkan kontaminasi barang yang dibawanya
β€’ Dedikasi khusus untuk obat-obatan, jika tidak maka harus ada prosedur yang mengatur bagaimana proses penggantian untuk barang-barang non obat-obatan
β€’ Pest control pada kendaraan
β€’ Bahan untuk membersihkan harus ramah lingkungan dan tidak merupakan sumber kontaminasi dengan barang yang dibawanya
β€’ Pencatatan suhu dan perubahanya, mapping suhu dan kalibrasi suhu kendaraan
β€’ Kapasitas yang cukup
β€’ Adanya pemisahan untuk barang yang baik, barang return/tolakan dan barang recall.
β€’ Label yang jelas pada setiap kemasan barang

6.Container and Container Labelling

Penyediaan sarana pengemasan didalam pengiriman memerlukan perhatian penting terutama pemberian label alamat tujuan dan jenis barang agar kesalahan didalam pengiriman dapat dihindarkan.
Kontainer pengiriman disyaratkan sbb:
β€’ SOP untuk penanganan kerusakan kontainer dan dampak kontaminasi yang ditimbulkan
β€’ Kemasan yang digunakan harus anti kontaminasi dan tidak menimbulkan efek negatif pada obat-obatan yang ada didalamnya
β€’ Kemasan dapat melindungi dari pengaruh cuaca luar dan mikrobiologi
β€’ DIlengkapi dengan label-label yang menjelaskan cara penanganan barang didalamnya
β€’ Kode international/national yang digunakan di label
β€’ Perlu penanganan khusus untuk barangbarang yang menggunakan dry ice.

7.Dispatch

Pengiriman barang atau dispatching harus memiliki hal-hal sbb:
β€’ SOP pengiriman yang jelas
β€’ Kontrak yang jelas dengan transporter
β€’ Datadata yang diharuskan ada:
β€’ Nama & alamat
β€’ Tanggal keberangkatan
β€’ Nama barang, Qty dan batch number/Exp date
β€’ No DN/Invoice
β€’ Seluruh data tersedia sehingga memudahkan jika suatu saat harus dilakukan recall terhadap barang tsb.
β€’ Skedul delivery
β€’ LIFO (Last In First Out)

8. Transportation and products in transit

Jika memang pengiriman dilakukan dengan cara transit disuatu tempat, maka perusahaan harus memiliki aturan dan ketentuan didalam pelaksanaan transit barang tsb.
β€’ SOP – Mendapatkan informasi dari supplier/pabrik mengenai prosedur penanganan barang didalam transportasi dan transit
β€’ Dilengkapi prosedur penyimpanan dan transportasi:
β€’ Identitas barang tidak hilang
β€’ Barang tidak terkontaminasi dan mengkontaminasi barang lain
β€’ Barang aman dari kebocoran, kerusakan atau pencurian
β€’ Temperatur yang sesuai dengan standar yang disyaratkan
β€’ Tidak melebihi standard penyimpanan suhu maksimal yang disyaratkan
β€’ Menyediakan peralatan, memonitor dan mencatat kondisi-kondisi khusus yang disyaratkan
β€’ Barang-barang yang berbahaya harus ditangani ditempat yang berbeda, khusus dan mudah diawasi
β€’ Tracking kendaraan dan barang didalamnya dan keamanan personal
β€’ Jika diperlukan transit, harus dilakukan dengan dokumentasi yang jelas

9. Documentation

Salah satu yang sangat identik dengan ISO 9001 adalah masalah dokumentasi. Seluruh dokumen yang digunakan baik itu berupa SOP, Working Instruksi, Form maupun catatan (Record) harus memiliki identitas yang jelas dan pencatatan perjalanan dokumen yang tercatat.
β€’ SOP – seluruh prosedur dan dokumentasi pelaksanaan kerja harus jelas dan memiliki kejelasan nama masing-masing
β€’ Seluruh dokumen didistribusikan dengan tertib dan lengkap dengan jalur pembagiannya
β€’ Dokumentasi harus mudah untuk di klarifikasi
β€’ Dokumentasi harus dilengkapi dengan tandatangan fihak-fihak yang berhak dan bertanggung jawab serta memiliki kejelasan tanggal berlaku dan kadaluarsanya
β€’ Dokumentasi tidak dapat dirubah oleh orang-orang yang tidak berhak
β€’ Prosedur dokumentasi harus sesuai dengan aturan lokal
β€’ Dokumentasi harus direview dalam periode tertentu dan update
β€’ Khusus untuk dokumentasi penyimpanan barang harus diselaraskan dengan aturan standar WHO/BPOM
β€’ Dokumentasi untuk pencatatan suhu harus disimpan minimal 1 tahun setelah barang yang disimpan
β€’ Jika pencatatan suhu dilakukan dengan elektronik, diharuskan memiliki back up pencatatan secara manual

10. Repackaging & relabelling

Repacking adalah aktifitas pengemasan kembali kemasan terkecil suatu barang. Kemasan ini dapat berubah karena adanya peraturan mempergunakan bahasa Indonesia didalam kemasannya atau memang diperlukan pergantian kemasan besar menjadi kemasan yang lebih kecil.
Secara umum, aturan rapacking atau relabelling harus berdasarkan Goods Manufacturing Practice (GMP) sehingga sangat jarang perusahaan yang melakukan aktifitas ini.
β€’ Repacking dan relabeling harus disesuaikan dengan konsep GMP

Persyaratan utama ISO 22000, salah satu Standar Internasional paling terkenal di dunia untuk keamanan pangan, adalah program prasyarat (PRP). Ini adalah kondisi dan aktivitas dasar yang diperlukan dalam organisasi dan pada seluruh rantai atau alur tranportasi untuk menjaga keamanan pangan. Portofolio ISO sendiri memiliki serangkaian spesifikasi teknis yang didedikasikan untuk mempertahankan program prasyarat untuk mengendalikan bahaya keamanan pangan dalam proses pembuatan. Terbitan terbaru nya adalah ISO / TS 22002-5, Yakni program prasyarat tentang keamanan makanan,

Transportasi dan penyimpanan, yang menguraikan persyaratan PRP untuk transportasi dan penyimpanan dalam rantai makanan.

Aly Rappange, Convenor dari kelompok kerja yang mengembangkan spesifikasi teknis, mengatakan ISO / TS 22002-5 akan membantu mereka yang terlibat dalam transportasi makanan untuk melindungi makanan, bahan baku, dan juga kemasan yang dibebankan kepada mereka, untuk memastikan barang tiba di tujuan dengan aman.

ISO / TS 22002-5 adalah salah satu dari enam spesifikasi teknis untuk PRP tentang keamanan pangan yang bertujuan membantu pengguna memenuhi persyaratan ISO 22000.

Seri ini terdiri dari:

  • ISO/TS 22002-1, Prerequisite programmes on food safety β€“ Part 1: Food manufacturing
  • ISO/TS 22002-2, Prerequisite programmes on food safety β€“ Part 2: Catering
  • ISO/TS 22002-3, Prerequisite programmes on food safety β€“ Part 3: Farming
  • ISO/TS 22002-4, Prerequisite programmes on food safety β€“ Part 4: Food packaging manufacturing
  • ISO/TS 22002-6, Prerequisite programmes on food safety β€“ Part 6: Feed and animal food production

ISO / TS 22002-5 dikembangkan oleh kelompok kerja WG 10, Transportasi dan penyimpanan, yang bekerja di bawah komite teknis ISO ISO / TC 34, Produk makanan, subkomite SC 17, Sistem manajemen untuk keamanan pangan. Sekretariat subkomite ini dipegang oleh Danish Standards (DS), anggota ISO for Denmark.

Serangkaian spesifikasi teknis tersedia untuk pembelian dari anggota ISO nasional atau melalui ISO STORE.

LEADERSHIP

Good leaders are trailblazers, making a path for others to follow. Great leaders, however, inspire their people to reach higher, dream bigger, and achieve greater. Perhaps the most important leadership skill you can develop is the ability to provide inspiration to your team. If you inspire them to reach for the stars, they just might bring you back the moon”

It’s perilously easy to find a leadership brand and stick to it, without considering how you can improve and expand your skills. But even the best leaders can learn a thing or two about how to inspire their team. Thankfully, some of our best and brightest leaders throughout history left behind some great soundbites to help lead the way.

Whether you’re leading a huge team on a challenging project or just trying to climb the career ladder, these quotes can help provide some useful wisdom on how best to deploy your leadership strategy.

The question of what makes a good leader in other words, what are leadership skills is widely debated. It is clear that the ability to lead effectively relies on a number of key skills, but also that different leaders have very different characteristics and styles.

 “Leadership defines what the future should look like, aligns people with that vision, and inspires them to make it happen, despite the obstacles.” –John Kotter

There is, in fact, no one right way to lead in all circumstances, and one of the main characteristics of good leaders is their flexibility and ability to adapt to changing circumstances. Leadership skills are highly sought after by employers as they involve dealing with people in such a way as to motivate, enthuse and build respect.

There are a number of broad skill areas that are particularly important for leaders. These include strategic thinking, planning and delivery, people management, change management, communication, and persuasion and influencing.

To go beyond my own bubble though and get deeper into this topic, I researched a handful of CEOs and business leaders to tell me in their own words and experiences (in about 3 sentences or less) what they consider to be the top quality of a great leader. Below is what I found out.

While many powerful and successful leaders haven’t exhibited all of these character traits, and the definition of a good leader can be quite ambiguous, My research has also found that other important qualities of a good leaders do leverage at least some of these characteristics.

  • Courage
  • Caring
  • Optimism
  • Self-control
  • Communication

Try sharpening these 5 attributes in your leadership style, and your characteristics as a good leader will soon shine.

But if the characteristics of a good leader above don’t describe you, don’t panic! there are ways for you to improve upon your leadership capabilities. We believe that leaders are not born, but made, and are molded through experience, continued study, and adaptation

Consider too, whether you have the core leadership skills needed in every role, since everyone from individual contributors and first-time managers to the most seasoned senior executives needs these same leadership competencies to be truly effective.

Like any craft, leadership requires that you learn from your mistakes and continually work at strengthening your weaknesses. Seek out a mentor that you admire. Jot down the characteristics that you feel makes them a great leader. Then ask yourself, How do I compare?

Chances are, your role models weren’t always great leaders, so determine what they did along the way to become the leader they are today. And keep working on developing the characteristics of a good leader.

Jobdesk Supervisor QC secara Komprehensif

Supervisor Quality Control adalah jabatan yang mana bertanggung jawab atas semua aspek kendali mutu dalam suatu organisasi(Perusahaan). Mereka mengawasi departemen QC, yang mencakup penanganan semua personel dan kebijakan. Memastikan tim mereka mengikuti aturan yang ditetapkan untuk menangani masalah kualitas, aturan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara tepat waktu sambil mempertahankan profitabilitas. Mereka mengatur pekerjaan untuk karyawan dan mengawasi jadwal di bawah bimbingan manajer mereka.

Supervisor QC mestikan departemen nya memahami tentang prosedur pengujian yang tepat dan prilaku keselamatan. Bertanggung jawab menangani kegiatan jaminan kualitas sehari-hari, mereka diposisikan untuk memberikan umpan balik tentang prosedur dan merekomendasikan perbaikan kepada manajemen. Selain itu, supervisor QC menerapkan prosedur pengujian sebagaimana digariskan oleh manajer mereka sesuai dengan standar industri. Dan bekerja penuh waktu di lingkungan manufaktur.

Supervisor QC umumnya diharuskan memiliki gelar sarjana di bidang yang terkait mereka, bisa juga karena pengalaman mereka dengan wajib memiliki pengalaman beberapa tahun untuk mencapai tingkat ini. Suoervisor QC juga harus memiliki pengetahuan yang kuat tentang standar kualitas dan industri spesifik tempat mereka bekerja untuk menilai dengan sesempurna mungkin dari kualitas hasil.

Tugas Supervisor Kontrol Kualitas (QC)

1. Merekomendasikan alat bantu manufaktur atau teknologi untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi.
2. Mengawasi pemilihan, alur kerja, pelatihan dan pengembangan staf.
3. Menilai masalah proses produksi, dan merekomendasikan perbaikan.
4. Awasi pengujian produk untuk me

PENERAPAN HACCP KONSEP DI RUMAH

Keamanan Pangan adalah isu paling signifikan yang diabaikan oleh masyarakat dan keluarga, dan sebagai konsumen yang rata rata tidak begitu memahami tentang konsep panganan yang aman.

hal ini dikarenakan minimnya pemahaman bahaya dan pengetahuan terhadap perlakuan bahan makanan. Sebagai contoh, para pembeli di pasar pasar traditional dan pembeli jajanan kaki lima, dan seringnya sembarangan membeli dan mengkonsumsi makanan yang kelayakannya kurang jelas. Rata rata mereka hanya mempertimbangkan harga, dan tidak jarang hal ini di manfaatkan oleh pedangang pedagang yang curang.

Menurut Anda apakah dengan menerapkan HACCP maka tingkat keamanan pangan akan meningkat dan bahaya kontaminasi makanan akan berkurang? Mari kita bahas bersama dibawah ini.

Sebagi konsumen kita dapat menerapkan praktik seperti HACCP rumah dengan mengikuti prosedur penyimpanan, penanganan, memasak dan pembersihan yang tepat

Sejak saat konsumen membeli bahan pokok makanan seperti sayuran dan daging atau unggas dari pasar traditional maupun toko bahan makanan sampai mereka memasak dan menyajikan makanan.

Image: Google

Ada banyak langkah yang harus dilakukan untuk memastikan keamanan pangan. Contohnya:

  1. Memilih bahan makanan seperti sayuran serta daging yang masih segar, selalu membeli ditempat yang terjamin bersih dan sehat, seperti swalayan.
  2. Memperhatikan tanggal expired bahan makanan kemasan, memilih bahan/makanan dengan kondisi kemasan baik (segel utuh), serta memperhatikan kandungan gizi dalam tabel nutrition fact.
  3. Meyimpan bahan makanan dengan cara mendinginkan di dalam kulkas, memisahkan antara sayuran, bahan tambahan dan juga daging mentah, tidak menyimpan sayuran dan daging mentah lebih dari 4 hari, dan menggunakan bahan makanan yang terlebih dulu di simpan( first storages first uses)
  4. Menjaga kebersihan dapur serta peralatan masak, memastikan tidak ada sisa bumbu/bahan dan makanan di setiap peralatan masak sebelum atau setelah di gunakan. Peralatan masak selalu dalam keadaan kering bersih, sirkulasi udara di ruangan dapur memadai.
  5. Menempatkan tempat sampah jauh dari tempat penyimpanan bahan/makanan, serta melapisi bagian dalam tempat sampah dengan kantung plastik, pastikan tempat sampah selalu tertutup.
  6. Mencuci bersih semua bahan makanan dengan air yang mengalir dari kran sebelum di masak, membuang bahan makanan yang tidak layak (layu dan setengah busuk), tidak menggunakan minyak goreng ataupun air bekas pakai.
  7. Tidak memempatkan masakan yang masih panas dalam wadah plastik ataupun melamin, memastikan masakan yang akan di hidangkan tertutup rapat, tidak menyisakan makanan yang di makan.

Demikian seputar implementasi metode dari sistem HACCP di ruang lingkup lingkungan keluarga, dan semoga bermanfaat

SALAM QUALITY…..πŸ™πŸ™

APA ITU HARPC (HAZARD ANALYSIS and RISK-BASED PREVENTIVE CONTROL

Dalam industri makanan kita mungkin sudah familiar dengan sistem food safety seperti GMP, ISO, FSSC, HACCP, HARCP maupun TACCP/VACCP, kesemuanya adalah sistem dimana secara general adalah untuk menciptakan(memproduksi) makanan dengan jaminan keamana serta kualitas tinggi.

Ada beberapa kebingungan dalam pengertian tentang Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis(HACCP) dan sistem keamanan makanan yang lebih advance,advance yakni Analisis Bahaya dan Kontrol Preventif Berbasis Risiko(HARPC). Dan berikut adalah penjelasannya perbedaan yang utama.

Menurut Laurel Mayol dari Food Online. “HARCP bukan merupakan standar global, tetapi standar Amerika Serikat yang diperbarui dan dimasukkan ke dalam Undang-Undang Modernisasi Keamanan Makanan (FSMA) pada 4 Juli 2012. Sedangkan HACCP umumnya berlaku untuk proses produksi makanan dengan kadar asam-rendah, makanan kaleng, jus, dan makanan laut, dan HARPC berlaku untuk hampir semua fasilitas pengolahan makanan”

HARPC sendiri adalah singkatan dari “Hazard Analysis and Risk-Based Preventive Control” Istilah ini berasal dari Food Modernisasi Act (FSMA), yang dijelaskan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), di tandatangani dan menjadi undang-undang oleh Presiden Barack Obama pada tanggal 4 Januari 2011. Yang bertujuan untuk memastikan pasokan makanan di Amerika serikat aman. Undang-undang memberi kewenangan kepada FDA untuk mengatur melalui pencegahan masalah keamanan pangan.

Menurut artikel yang di kutip dari http://www.foodsafetymagazine.com “HARPC merupakan proses baru yang memerlukan identifikasi dan pencegahan semua bahaya keamanan pangan yang dapat diduga sebelumnya apakah terjadi secara alami atas resiko resiko yang masuk ke dalam fasilitas proses pangan, dan tidak hanya yang diidentifikasi oleh Metode Analisis Bahaya dan Titik Kendali Kritis (HACCP)”

Proses baru ini yang disebut sebagai Analisis Bahaya dan Kontrol Preventif Berbasis Risiko (HARPC). Sementara rencana keamanan pangan harus menggambarkan basis pengetahuan saat ini yang digunakan perusahaan makanan untuk mencegah masalah keamanan pangan di masing-masing produk pangan yang diproduksi,

HARCP sendiri berperan untuk mengidentifikasi beragam bahaya yang terjadi karena efek samping dari berbagai proses pengolahan, pengepakan, dan langkah-langkah perlakuan terhadap produk makanan itu sendiri. Setelah itu mengevaluasi setiap bahaya yang kemungkinan terjadi. Dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk meminimalkan atau mencegah munculannya.

Contoh jenis kontrol pencegahan meliputi:

  • Prosedur sanitasi di setiap titik kontak permukaan makanan
  • Sanitasi peralatan dan perlengkapan
  • Pelatihan kebersihan pekerja
  • Program pengendalian alergen pada makanan
  • Perbaikan sistem GMP (cGMPs)
  • Kontrol rantai suplai (supply chain)

HARPC dalam implementasinya mewajibkan fasilitas makanan untuk membuat dan menerapkan program pemantauan tertulis, yang memastikan bahwa perusahaan sedang melakukan evaluasi rutin terhadap langkah-langkah pengendalian fasilitas untuk menentukan bahwa setiap kontrol pencegahan di jalankan secara efektif.

Kesimpulannya, HARPC yang digunakan untuk mengendalikan berbagai bahaya yang ditemukan di berbagai fasilitas yang memproduksi makanan.

Pengertian HACCP, TACCP, VACCP dalam industri makanan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia atau konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang HigieneSanitasi Jasaboga dan belum berkaitan dengan sertifikasi halal yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait peraturan SK DirekturLPPOM MUI tentang ketentuan pengelompokan produk bersertifikat halal MUI.

Ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan keamanan pangan. Selain hygienitas dan kebersihan, dalam pengolahan makanan khususnya di industri ada beberapa yang harus di perhatikan lebih intents lagi supaya menghasilkan mutu makanan yang lebih layak dan berkualitas, diantaranya adalah HACCP, TACCP dan VACCP.

HACCP, TACCP dan VACCP. Sepintas ketiganya terdengar sangat mirip dan memang semua terlibat dalam hal keamanan produk makanan yang produksi, tapi apa sebenarnya perbedaan antara HACCP, TACCP dan VACCP?

Google.doc

Mari kita bahas satu persatu makna dari ketiganya.

  • HACCP(hazard Analysist Critical Control Point)

    HACCP sejatinya mengevaluasi keseluruhan proses produksi makanan selangkah demi selangkah dari mulai pengiriman hingga kemasan dan pengangkutan produk yang telah selesai. Selama proses ini, setiap tahap di mana produk kemungkina bisa terkontaminasi bahaya fisik, mikrobiologi atau kimia bisa di identifikasi sedini mungkin. Tindakan dilakukan untuk jika presentase kemungkinan terjadinya kontaminasi dianggap kritis. Dan ini dipantau secara teratur untuk memastikan bahwa produk akhir aman untuk dikonsumsi.

  • TACCP – Threat Assessment Critical Control Point

    Dengan perbandingan merupakan singkatan dari Threat Assessment Critical Control Point. Bagian penting dari manajemen keamanan pangan dan yang dipersyaratkan dalam Standar Global BRC versi 7 terbaru, dikembangkan sebagai reaksi terhadap peningkatan kecurangan makanan yang terdeteksi dalam kasus yang terjadi di beberapa tahun terakhir. TACCP sejatinya dipusatkan pada pengendalian dan pencegahan penipuan makanan yang disengaja dan tidak disengaja. Ini bisa berupa penggantian bahan tidak standar, melepaskan salah satu bahan makanan untuk kepentingan lain, indetitas keterangan yang salah dan pernyataan palsu atau menyesatkan untuk keuntungan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, gangguan produk, pelabelan palsu dll.

  • VACCP – Vulnerability Assessment and Critical Control Points.

    VACCP berperan untuk mengidentifikasi seberapa rentan berbagai titik dalam rantai pasokan terhadap ancaman pemalsuan yang termotivasi secara ekonomi. Sekali lagi, penilaian kerentanan diperlukan untuk memenuhi persyaratan BRCv7.

TACCP dan VACCP berjalan beriringan dalam usaha untuk menjaga keaslian produk. Memperbaiki pengaturan dalam mencegah pemalsuan makanan yang disengaja.